September 19 2024 – Optimo Indonesia Social media
Jerawat atau acne vulgaris adalah kondisi kulit yang umum terjadi, terutama pada remaja, namun juga bisa dialami oleh orang dewasa. Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya jerawat, seperti perubahan hormon, genetika, serta pola makan. Namun, ada satu faktor lain yang sering kali diabaikan namun memiliki pengaruh signifikan, yaitu stres. Penelitian menunjukkan bahwa stres tidak hanya berhubungan dengan kesehatan mental, tetapi juga memiliki dampak fisik nyata, termasuk memicu jerawat. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Mari kita lihat lebih mendalam.
Saat tubuh mengalami stres, sistem saraf kita bereaksi dengan mengaktifkan respon "fight-or-flight". Hal ini menyebabkan peningkatan produksi hormon kortisol, yang juga dikenal sebagai "hormon stres". Kortisol memiliki banyak efek pada tubuh, salah satunya adalah meningkatkan aktivitas kelenjar minyak (sebaceous glands) di kulit.
Kelenjar minyak yang terlalu aktif menghasilkan sebum berlebih. Sebum adalah minyak alami yang berfungsi melumasi dan melindungi kulit. Namun, saat produksinya terlalu banyak, sebum dapat menyumbat pori-pori kulit bersama sel-sel kulit mati, menciptakan lingkungan yang ideal bagi bakteri penyebab jerawat seperti Propionibacterium acnes. Kombinasi ini memicu peradangan dan munculnya jerawat.
Pengaruh Stres pada Pola Hidup dan Perawatan Kulit
Selain efek fisiologis langsung, stres juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang terkait perawatan kulit. Ketika seseorang stres, mereka cenderung mengabaikan rutinitas perawatan kulit mereka atau justru memperburuknya. Beberapa orang mungkin:
- Kurang tidur, yang memperburuk kesehatan kulit secara keseluruhan.
- Mengonsumsi makanan tidak sehat, seperti makanan tinggi gula atau lemak, yang dapat memicu jerawat.
- Menyentuh wajah berlebihan saat stres, yang dapat menyebarkan bakteri ke kulit.
- Merasa lelah atau malas untuk membersihkan wajah secara menyeluruh, sehingga kotoran dan minyak menumpuk.
Perubahan perilaku ini dapat memperparah kondisi jerawat, yang pada akhirnya membentuk siklus stres-jerawat yang sulit diputus.
Peradangan yang Diperburuk oleh Stres
Penelitian juga menunjukkan bahwa stres kronis dapat menyebabkan tubuh menjadi lebih rentan terhadap peradangan. Saat seseorang stres, sistem kekebalan tubuh mereka mengalami gangguan, membuatnya lebih sulit untuk melawan peradangan yang terjadi akibat jerawat. Ini berarti bahwa jerawat yang muncul selama masa stres cenderung lebih besar, lebih meradang, dan membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh.
Dalam sebuah studi yang dilakukan pada mahasiswa, para peneliti menemukan bahwa mereka yang mengalami tingkat stres tinggi selama ujian cenderung mengalami peningkatan keparahan jerawat. Stres tidak hanya menyebabkan jerawat baru muncul, tetapi juga memperlambat proses penyembuhan luka jerawat yang sudah ada(
Sistem Imun dan Mikrobioma Kulit
Stres juga dapat mempengaruhi sistem imun kita dan mikrobioma kulit, yaitu kumpulan bakteri baik yang ada di permukaan kulit. Mikroorganisme ini penting untuk menjaga kesehatan kulit, tetapi stres dapat mengganggu keseimbangan mikrobioma, memungkinkan bakteri penyebab jerawat tumbuh lebih cepat.
Penelitian menunjukkan bahwa stres kronis mengurangi efektivitas sistem imun dalam melawan bakteri penyebab jerawat, serta memicu ketidakseimbangan mikrobioma yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi kulit dan peradangan.
Psiko Dermatologi: Stres, Jerawat, dan Kesehatan Mental
Cabang ilmu yang menggabungkan dermatologi dan psikologi, dikenal sebagai psikodermatologi, telah meneliti secara ekstensif bagaimana kondisi psikologis seperti stres, kecemasan, dan depresi mempengaruhi kondisi kulit, termasuk jerawat. Beberapa ahli menyarankan bahwa kondisi kulit yang kronis, seperti jerawat yang terus-menerus, dapat menyebabkan stres psikologis lebih lanjut, menciptakan lingkaran setan antara stres dan jerawat.
Mengelola Stres untuk Mengurangi Jerawat
Meskipun stres adalah bagian tak terhindarkan dari kehidupan, ada berbagai strategi yang dapat membantu mengelola stres dan, pada akhirnya, mengurangi dampaknya terhadap kulit. Beberapa metode yang dapat membantu meliputi:
- Meditasi dan latihan mindfulness untuk mengurangi respons stres dalam tubuh.
- Olahraga rutin, yang membantu menyeimbangkan hormon dan meningkatkan kualitas tidur.
- Perawatan kulit yang konsisten, seperti mencuci muka dua kali sehari, menggunakan produk non-komedogenik, dan menjaga kelembapan kulit.
- Pola makan sehat yang kaya antioksidan, seperti buah-buahan, sayuran, dan sumber protein bersih, dapat mendukung kesehatan kulit.
Stres memiliki efek yang nyata dan signifikan terhadap kesehatan kulit, terutama dalam hal munculnya jerawat. Dengan memahami bagaimana stres memicu respons hormonal, peradangan, dan perubahan perilaku yang memperburuk kondisi kulit, kita bisa lebih siap mengelola jerawat dari sudut pandang yang holistik. Mengelola stres, baik secara mental maupun fisik, menjadi langkah penting dalam mengatasi jerawat secara menyeluruh dan menjaga kulit tetap sehat.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang inovasi dan teknologi terbaru yang digunakan Aqua+ series silakan kunjungi situs resmi dari Aqua+ series Indonesia di https://aquaplus.id/ atau melalui berbagai kanal media sosial: Instagram aquaplusindonesia, Facebook Aqua+ Series Indonesia dan TikTok Aqua Plus Series.
Tagged: Aqua+ Series, Beauty News, Kerutan
0 comments